Saturday 25 April 2015

Potensi Bhutan Dalam Mengembangkan Asia Selatan



Tidak banyak yang tahu bahwa Bhutan adalah sebuah negara. Minimnya pemberitaan mengenai negara kecil di kawasan Asia Selatan ini membuat negara yang dihimpit oleh India dan Republik Rakyat Thiongkok asing ditelinga. Padahal Bhutan merupakan negara yang cukup menarik, hal ini dibuktikan dengan keberhasilan negara yang sempat penganut sistem monarki absolut (kini demokrasi) ini dalam menginspirasi negara-negara maju seperti Amerika serikat dan Jepang melalui prinsip dari mantan Raja Bhutan, Jigme Singye Wangchuck IV yang disebut dengan teori Model Bhutan yang berarti mementingkan perkembangan yang seimbang antara materi dan spiritual, perlindungan terhadap lingkungan hidup dan proteksi terhadap kebudayaan tradisional diletakkan di atas perkembangan ekonomi[1]. Sehingga melalui ketetapan standar Gross National Happiness (GNH), Bhutan didaulat sebagai negara paling bahagia di dunia.

Sebagai negara berkembang, ekonomi Bhutan berasal dari industri rakyatnya seperti kerajinan tangan dan produksi seni keagamaan untuk altar rumah. Hampir sebagian besar penduduk bermata pencaharian di sektor pertanian, peternakan, dan pengrajin tangan yang sebenarnya bisa diekspor ke negara lain. Namun karena pembangunan jalan dan infrastruktur yang mahal sehingga tidak ada akses untuk dilalui khususnya laut, ini menyebabkan Bhutan tidak dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk melakukan pedagangan internasional.

Menyambung pemaparan diatas bahwa Bhutan, tidak seperti negara lain yang berada di kawasan Asia Selatan seperti India, Pakistan, Bangladesh, Sri lanka yang sering menjadi sorotan perihal konflik, kerjasama ekonomi, untuk itu penulis tertarik untuk mengangkat tema penulisan mengenai negara terkecil di kawasan Asia Selatan ini. Bagaimana dengan posisinya sebagai negara kecil yang tergabung dalam keanggotaan South Asian Association For Regional Cooperation (SAARC) berkontribusi dalam mengembangkan Asia Selatan.

Sebagai negara yang berada dikawasan Asia Selatan, praktis Bhutan tergabung dalam South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) yang merupakan asosiasi kerjasama regional Asia Selatan yang terdiri dari 8 negara di Asia Selatan seperti, Afganistan, Bangladesh, Bhutan, India, Maladewa, Nepal, Pakistan, dan Sri Lanka yang bertujuan untuk mencapai integerasi ekonomi regional. Proses Integerasi tersebut dibuktikan melalui SAFTA (South Asia Free Trade Area) atau zona perdagangan bebas Asia Selatan. Salah satu kebijakan program kerjanya adalah mengurangi bea atau hambatan tarif guna meningkatkan perdagangan dan kerjasama ekonomi antara negara-negara SAARC serta memberikan preferensi khusus bagi negara-negara terbelakang antara negara-negara Asia Selatan.[2]

Awalnya organisasi  ini didirikan oleh 7 negara yakni  India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, Nepal, Maladewa, Bhutan pada Desember 1985. Kemudian Afghanistan bergabung pada April 2007, saat KTT SAARC ke 14, ini merupakan organisasi regional terbesar dimana memiliki jumlah penduduk sebanyak 1,5 miliar orang. Seperlima dari penduduk dunia.

Terbentuknya SAARC dilatarbelakangi oleh konflik-konflik yang terjadi di kawasan Asia Selatan, diantaranya seperti, konflik India dengan Pakistan, pemisahan Pakistan dari India, pecahnya Pakistan Timur menjadi Bangladesh, dan banyaknya militan pendukung terorisme disetiap negara-negara tersebut yang sering kali mengakibatkan hilangnya nyawa penduduk sipil dan memperburuk keadaan ekonomi dari negara-negara tersebut.

Melalui SAARC, Bhutan dan negara-negara anggota lainnya bekerjasama melalui sebelas bidang yang telah disepakati bersama, diantaranya adalah pertanian, pendidikan, budaya dan olahraga, kesehatan, populasi, dan kesejahteraan anak, lingkungan dan meteorologi, pembangunan pedesaaan, pariwisata, transportasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, komunikasi
Masing-masing negara anggota SAARC memiliki tugas untuk mempromosikan kerjasama regional, tidak terkecuali Bhutan. Bhutan menjadi pusat regional dalam bidang SAARC Development Fund dan SAARC foresty center.

 SAARC development fund merupakan dana pembangunan Asia Selatan yang tujuannya adalah untuk mendukung pembangunan industri, pengentasan kemiskinan, perlindungan lingkungan, pengembangan sumber daya kelembagaan / manusia dan promosi proyek pembangunan sosial dan infrastruktur di wilayah SAARC.[3] SADF dimulai dengan basis sumber daya dari US $ 5 juta (kontribusi secara pro-rata oleh negara-negara anggota SAARC), dan sampai penutupan pada bulan Juni 2008, memiliki dana sebesar kira-kira. US $ 7,0 juta. Hingga penutupan, SADF menyelesaikan studi kelayakan tekno-ekonomi selama enam belas studi proyek.

Sementara SAARC foresty center merupakan pusat kehutanan SAARC yang dibangun dengan dilatarbelakangi oleh keperihatinan negara-negara anggota SAARC terhadap kehancuran hutan dan bencana alam akibat degradasi lingkungan yang terus menerus. Bhutan dipilih sebagai pusat kehutanan SAARC karena memiliki keunggulan dibidang lingkungan. [4]
Mengingat begitu pentingnya integerasi ekonomi dalam menciptakan perdamaian, keterbukaan, kesejahteraan, dan jauh dari kemiskinan serta penindasan di kawasan Asia Selatan, maka ekonomi pasar sangat berpengaruh dalam hal ini.

Peran kedelapan negara dalam melakukan upaya-upaya tercapainya integerasi regional sangat dibutuhkan. Setiap negara memiliki potensi yang berbeda diukur dari segi infrastruktur, sumber daya, dan aspek lainnya. Latar belakang aspek tersebut berdasarkan sejarah masing-masing negara. Sebagian besar negara di wilayah Asia Selatan merupakan bekas jajahan Inggris, termasuk Bhutan. Negara ini memerdekakan diri pada 1907. Dalam aspek ekonomi, peran Bhutan dalam SAARC ditempatkan pada posisi low power bersamaan dengan Maladewa (Maldives). Hal ini didasari pada beberapa faktor, salah satunya adalah pembangunan jalan dan infrastruktur yang mahal sehingga tidak ada akses untuk dilalui khususnya laut, sehingga menyebabkan Bhutan tidak dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk melakukan pedagangan internasional.

Selain itu Bhutan belum pernah terlibat dalam suatu perjanjian internasional skala besar, hal ini bisa jadi sebagai salah satu faktor minimnya pemberitaan mengenai Bhutan karena dianggap tidak memberikan pengaruh besar terhadap polemik dunia. namun seiring berjalannya waktu Bhutan terus meningkatkan kerjasama dengan mitranya, terutama India dengan fokus utamanya adalah aspek ekonomi dan kemanusiaan. Selain India, mitra kerjasama Bhutan adalah tentu negara-negara Asia selatan lainnya, diluar dari itu diantaranya Indonesia dan Austria. Bhutan membina hubungan baik dengan Austria. Austria memberikan bantuan berupa dana sebanyak 2.15m euro, dengan tujuan untuk mempererat hubungan bilateral antara Bhutan dengan Austria. Bhutan tercatat memiliki hubungan diplomatik dengan 22 negara, termasuk Uni Eropa.

Kemajuan Bhutan tidak terlepas dari hubungan baik dengan India yang merupakan mitra dagang terbesar Bhutan, yang kedekatannya diawali dengan dukungan penuh India terhadap peralihan ideologi Bhutan dari monarki konstitusional menjadi demokrasi, kemudian Bhutan adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan India pada 15 Agustus 1947.  Salah satu bentuk nyata dari kerjasama kedua negara adalah Bhutan menjual PLTA ke India, indian railways merencanakan menghubungan Bhutan selatan dengan jaringannya yang luas di bawah persetujuan yang ditandatangani pada Januari 2005 hal ini dilakukan untuk membantu Bhutan agar memiliki akses jalan yang mudah sebab Bhutan tidak memiliki jalur kereta api.
Peralihan ideologi atau sistem pemerintahan Bhutan dari monarki absolut menjadi demokrasi memberikan keuntungan dan pengaruh terhadap aspek IPOLEKSOSBUD Bhutan, terutama dalam aspek ekonomi. Selain mendapat sambutan dan dukungan baik dari dalam negeri, Bhutan juga mendapat bantuan dari negara-negara yang mendukungnya. Ekonomi Bhutan berkembang pesat, kerjasama mulai dibangun baik bilateral maupun multilateral.

Hingga akhirnya standar hidup Bhutan berkembang dan merupakan salah satu yang terbaik di Asia Selatan. Sepak terjang Bhutan di dunia internasional tidak banyak yang tahu, tidak ada pula catatan perihal partisipasi Bhutan dalam keikutsertaan dalam konflik. Artinya Bhutan bisa disebut sebagai negara yang jauh dari pertikaian. Sehingga Bhutan bisa memiliki potensi sebagai negara penyeimbang yang dapat menengahi negara lain yang sedang bertikai. Bhutan mungkin memang bukan negara adidaya yang mampu memberikan pengaruh besar terhadap dunia, namun negara yang memiliki 4 pilar ini, yakni  pembangunan berkelanjutan, promosi nilai-nilai budaya, konservasi lingkungan hidup dan pemerintahan yang baik.

Promosi nilai-nilai budaya yang menjadi salah satu pilar negara ini merupakan salah satu potensi yang dimiliki Bhutan untuk mengembangkan Asia Selatan. Bhutan merupakan pasar yang potensial untuk menarik wisatawan asing, artinya sektor pariwisata yang dikembangkan akan mampu meningkatkan devisa negara. Namun ada beberapa hal yang perlu dibenahi Bhutan yakni  kurangnya infrasturktur dalam negeri, keterbatasan alat transportasi dan fasilitas umum yang kurang memadai. Bhutan dianggap sebagai negara yang memiliki keunggulan dibidang lingkungan dikawasan Asia Selatan, sehingga negara tersebut menjadi pusat kehutanan SAARC. Kemudian Bhutan dapat berkontribusi melalui promosi kebudayaan. Salah satu contoh kebudayaan Bhutan adalah tari topeng dan sendratari adalah segi tradisional umum pada festival, biasanya disertai dengan musik tradisional. Sekaligus sebagai bentuk  pelestarian adat dan keagamaan.

Daftar Pustaka


[2] http://saarc-sec.org/areaofcooperation/detail.php?activity_id=5
[3] www.sdf.gov.bt
[4] www.sfc.gov.bt

Tuesday 16 July 2013

Kementrian Agama tentukan Awal Bulan Ramadhan

Diamma.com – Awal ramadhan resmi ditetapkan pada Rabu 10 Juli 2013 sebagaimana yang telah disepakati dalam sidang Itsbat pada Senin (08/07/2013) di Departemen Agama. Sidang tersebut dihadiri oleh Ketua komisi VIII DPR RI, Pimpinan Ormas dan instansi terkait, undangan, dan Duta Besar negara-negara sahabat. Sidang ini memaparkan posisi pemerintah dalam konteks penyelenggaraan sidang Itsbat untuk menentukan awal Ramadhan. Dalam hal ini, pemerintah adalah pihak yang berhak membuat keputusan. Dalam paparan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa secara astronomi posisi hilal sudah jelas, yang menjadi persoalan adalah kriteria yang digunakan dalam menentukan awal ramadhan.
Berdasarkan Fatwa MUI No. 2 tahun 2004 penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah dilakukan berdasarkan metode ru’yah dan hisab oleh Pemerintah RI dan berlaku secara Nasional. Dan hal ini telah dilakukan di setiap provinsi di Indonesia. Dari hasil laporan 36 orang di 33 provinsi di Indonesia menyatakan bahwa hilal belum terlihat sampai pada saat sidang berlangsung.
“Dari NASSA tinggi hilal adalah 0,39 derajat di Jakarta dan menurut pakar astronomi itu impossible. Sehingga kami menetatpkan awal bulan Ramadhan adalah hari Rabu,” ungkap Al Irsyad Islamiah, satu dari dua belas penanggap. Pihak Al Irsyad Islamiah juga mengungkapkan bahwa meskipun ada perbedaan penilaian, dihimbau bagi ormas lain untuk melihat pada persatuan umat islam yang lebih penting.
Wakil Ketua Umum bidang eksternal Ormas Islam yang turut setuju pada penetuan awal bulan Ramadhan menambahkan bahwa persoalan hanya pada kriteria dan membutuhkan komunikasi yang intensif agar dapat mendapatkan keputusan yang baik.
Sepuluh penanggap lainnya yakni Lembaga Persahabatan Umat Islam, Pengurus besar Nahdatul Ulama, Sarekat Islam, Dewan Dakwah Islam, Sekretaris Majelis Ulama PUI, Robitoh Alawiyah, pengurus besar Alwasliyah, dan Ketua Umum Wahdah Islamiyah memiliki penilaian penetapan awal bulan Ramadhan yang sama, sehingga Kementrian Agama sah menetapkan awal Ramadhan jatuh pada 10 Juli 2013.

Reporter : Arimbi Puspita Ratri/Fotografer : Achmad Rafiqhttp://diamma.com/?p=12324

Senat FISIP Sukses Gelar Seminar Nasional

Diamma.com –Senat Mahasiswa FISIP UPDM(B) adakan Seminar Nasional bertema “Menilai Kebijakan Pembangunan Nasional Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono”, Rabu (08/05/2013). Meski tanpa kehadiran Rizal Ramli seperti yang telah dipublikasikan sebelumnya, seminar ini tetap berlangsung dengan sukses.
Acara yang berlangsung di auditorium FISIP tersebut dibuka dengan sambutan Wakil Dekan III FISIP UPDM(B), dan dilanjutkan dengan pemaparan materi dari para pembicara. Budiman Sudjatmiko, anggota DPR RI yang juga salah satu pembicara dalam seminar, dalam pidatonya berharap agar melalui seminar ini mahasiswa sebagai agen perubahan dapat mengambil sikap yang tepat dalam segala hal.
Kegiatan ini juga merupakan salah satu bentuk kontribusi dalam membangun mahasiswa untuk lebih berpartisipasi dalam perubahan pembangunan nasional. Antusiasme mahasiswa pun terlihat dari banyaknya pertanyaan dan tanggapan yang dilontarkan kepada pembicara pada sesi diskusi.
Lifedoory, mahasiswi FISIP Hubungan Internasional mengatakan bahwa, banyak hal yang dapat diambil dalam seminar kali ini. “Bukan hanya dapat menambah wawasan tentang bentuk pemerintahan Indonesia, tapi juga membentuk sikap dan karakter mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa,” tanggap mahasiswi yang juga aktif saat sesi diskusi dalam seminar.

Reporter: Arimbi Puspita Ratri / Foto: Dok. Panitia Seminahttp://diamma.com/2013/05/09/senat-fisip-sukses-gelar-seminar-nasional/

Agung: Mahasiswa Harus Tahu Hak dan Kewajiban

Diamma.com –Menjelang Ujian Tengah Semester tidak sedikit mahasiswa UPDM (B) yang belum melengkapi persyaratan seperti melunasi biaya perkuliahan. Padahal, pihak kampus telah memiliki Kalender Akademik yang dibuat untuk mahasiswa dan dosen sebagai perencanaan yang sudah terprogram. Dengan demikian, mahasiswa akan memiliki kesiapan dalam berbagai hal seperti finansial dan akademis. Tetapi, pada kenyataannya masih banyak mahasiswa yang acuh terhadap perencanaan yang terlah dibuat. Hal ini dibuktikan dengan kesibukan mahasiswa dalam mengurusi surat dispensasi pada H-3 Ujian Tengah semester.
“Ini (kalender akademik) setahun yang lalu sudah dibikin, mahasiswa seharusnya sudah tahu jadwal UTS kapan, UAS kapan, bayaran kapan,” tutur Agung Setiyo Hadhi, Wadek III bidang kemahasiswaan Fakultas Ekonomi. Agung menambahkan bahwa mahasiswa harus tahu hak dan kewajibannya sebagai seorang pelajar Perguran Tinggi, jangan hanya bisa menuntut.
Meskipun peraturan yang telah dibuat pihak UPDM (B) fleksibel atau tidak kaku, mahasiswa harus tetap menjalankan sesuai prosedur.
“Peraturan kita tidak kaku, tetapi mahasiswa juga harus merencanakan menejemen yang baik. bahwa untuk pembayaran itu sudah harus disiapkan karena waktunya satu semester,” kata Paiman Rahardjo, Wadek III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Mengingat tunggakan biaya sering kali terjadi, mahasiswa diminta untuk mengambil SKS sesuai dengan kesanggupan finansial masing-masing, jangan karena mengejar target lulus dengan waktu yang singkat kemudian mengambil SKS dengan jumlah yang banyak tanpa dipikirkan secara matang karena nantinya justru akan menyulitkan.
Pihak kampus sendiri tidak ingin membebankan, untuk itu mahasiswa masih diberikan toleransi pembayaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan membuat surat pernyataan ketidakmampuan membayar dengan alasan yang jelas. Toleransi tersebut diberlakukan untuk UTS, namun saat UAS mahasiswa harus sudah melunasi tunggakan sebab laporan keuangan harus segera diserahkan mengingat akan menjelang tahun ajaran baru.
“Kalau di UTS ini masih ada toleransi tetapi pada saat nanti UAS itu kan keuangan harus masuk setor kemudian laporan, ada tahun ajaran baru juga, mau nggak mau harus lunas”papar paiman.
Reporter : Arimbi Puspita Ratri/Foto : Dok. Google.comhttp://diamma.com/2013/04/25/agung-mahasiswa-harus-tahu-hak-dan-kewajiban/

Mahasiswa FIKOM Akui Sulit Mengurus Surat Dispensasi

Diamma.com –Jumat (19/04/2013) lalu merupakan hari terakhir pengurusan surat dispensasi bagi mahasiswa FIKOM dan FE UPDM (B) yang belum melunasi biaya perkuliahan semester genap 2012/2013. Surat dispensasi tersebut berupa perjanjian di atas materai mengenai kesanggupan mahasiswa dalam membayar tunggakan pada batas waktu yang telah disepakati. Hal ini dilakukan demi mendapatkan izin mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) yang dilaksanakan pada Senin, 22 April 2013. Namun, syarat pengurusan surat dispensasi kali ini dirasakan sulit oleh beberapa mahasiswa FIKOM, pasalnya mereka harus membayar paling tidak setengah dari beban tunggakan.
“Merasa sangat dipersulit karna persyaratannya harus membayar setengah dari kekurangan untuk minimal pembayaran. Tahun sebelumnya nggak terlalu sulit ya kalo menurut gue, masih bisa didispen meskipun nunggak dua juta ke atas. Tapi kalo sekarang satu juta ke atas udah susah,” ujar Mizan Muhammad Andal, mahasiswa FIKOM 2010.
Selain itu menurut Avissa Harnes, Mahasiswi FIKOM semester empat, untuk memproses surat dispensasi membutuhkan kesabaran yang ekstra dan waktu yang cukup lama. Hal ini dikarenakan Harti Yuwarti, selaku Wakil Dekan II yang menangani bagian keuangan terkadang sulit untuk ditemui. “Harus bolak-balik mengurus dokumen yang harus difotokopi, belum lagi terkadang ditahan dulu beberapa saat untuk memberikan keterangan alasan yang jelas,” keluh Avissa.
Terkait dengan hal ini, syarat UTS kali ini juga berbeda dengan sebelumnya. Tahun kemarin, untuk mahasiswa yang belum dapat melunasi biaya masih diperbolehkan untuk mengikuti ujian tanpa harus membuat surat dispensasi dan diberikan toleransi untuk melunasi tanggungan tersebut setelah UTS.
“UTS yang kemarin itu walaupun bayarnya belum lunas bisa langsung ambil kartu aja disini nggak usah pake surat dispen kecuali UAS tapi sekarang kenapa nggak bias?” lanjut Avissa.
Avissa juga menambahkan, sebaiknya kalau hanya masih UTS tidak perlu membuat surat dispensasi, meskipun memiliki tunggakan, kecuali pada saat Ujian Akhir Semester tidak ada toleransi lagi bagi yang belum membayar.
Terakhir, Mizan berharap, “jangan dipersulitlah. Kita kan pengen kuliah, juga sama-sama butuh,” tutupnya.

Reporter : Arimbi Puspita Ratri/foto : dok. Goggle.comhttp://diamma.com/2013/04/25/mahasiswa-fikom-akui-sulit-mengurus-surat-dispensasi/

Gajetto, Tempat Hang Out 2 in 1

Diamma.com – Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Pribahasa ini cocok untuk mewakili sebuah cafe dan store dibilangan Kemang Selatan VIII No 67 H-1, Jakarta. Two in one, tidak hanya lidah yang  akan dimanjakan di sana tetapi juga mata. Sambil mengisi energi dengan menu yang dapat menggoyang lidah, kita dapat mencuci mata dengan koleksi gadget dan aksesorisnya yang ditawarkan. Mulai dari tele kamera, handphone, flashdisk unik, toys figure, casing iPhone, dan masih banyak lagi. Gajetto Geek Cafe Store, sebuah inovasi tempat hang out yang strategis dan ekonomis, yang diciptakan untuk para pecandu gadget. Sesuai dengan makna dari nama kafe ini, kata geek berasal dari bahasa Inggris yang artinya aneh atau pecandu, sementara gajetto diambil dari bahasa Jepang yang merupakan serapan dari kata gadget. Tapi, geek di sini bukan berarti aneh, melainkan fanatik atau antusias pada teknologi, seperti para pemilik dari cafe&store ini.
Adalah Adit yang merupakan seorang graphic designer, dan Dion seorang young entrepreneur yang merupakan pemilik dari Gajetto Geek Cafe Store. Berdasarkan keterangan mereka, rata-rata barang yang ada di kafe ini diimpor dari Hong Kong, Cina, dan Amerika khusus untuk aksesoris Apple.
“Kalau mereka memang geek, belum klop kalau belum datang ke Gajetto Geek,” ujar Sadra, salah seorang store crew.
Meskipun baru resmi dibuka November 2012, cafe and store yang memiliki konsep industrial, game, dan ramah lingkungan ini telah menarik perhatian khalayak ramai. Mulai dari tatakan gelas yang dibuat dari disket, kursi yang menggunakan krat soft drink, wastafel berupa CPU, pajangan dari kran air, serta toots keyboard dan kaset tempo dulu yang disusun diapik di dalam meja kaca turut menjadi daya tarik tersendiri. Retno, salah satu pengunjung, merasa tertarik dengan desain interior kafe yang terlihat unik, menarik, dan sarat akan unsur recycle tersebut.
Keunikan masih berlanjut  pada menu yang ditawarkan. Seperti Teagilla, pelesetan dari teaquilla, ctrl alt del juice perpaduan antara pisang, lemon, dan strawberry, tom yam fried rice, dan andalannya adalah ice red coffe perpaduan antara kopi, susu dan sirup ekstrak rasphberry, fried platter, oxtail fried rice, dan Gajetto fried rice. Tidak perlu mengocek dalam-dalam saku anda, untuk minuman berkisar Rp 10.000,00 – Rp 25.000,00 sementara makanan mulai dari Rp 18.000,00  -  Rp 48.000,00. Gajjeto Geek buka setiap hari pukul 10.00 – 22.00, biasanya akan ramai pengunjung weekend mulai sore hingga malam. Jadi, tertarik untuk datang di akhir pekan ini?

Reporter: Arimbi Puspita Ratri / Fotografer: Arimbi Puspita Ratrihttp://diamma.com/2013/04/05/gajetto-tempat-hang-out-2-in-1/

Larangan Merokok Sebatas Wacana

Diamma.com Peraturan merupakan sebuah norma atau hukum yang mengatur tingkah laku manusia. Kodratnya peraturan dibuat untuk ditaati, tapi pada kenyataannya tidak sedikit yang melanggar. Bagi sebagian orang peraturan justru membatasi diri mereka untuk berbuat sesuatu yang tidak baik. Dikampus ini masih banyak orang mengabaikan larangan merokok. Padahal sudah jelas tertera tulisan “Dilarang Merokok” disetiap sudut lantai dengan tinta berwarna merah di seluruh kampus UPDM (B).
Seolah tidak peduli dengan peraturan, banyak mahasiswa terang-terangan merokok di depan ruang kelas. Tidak peduli dengan kehadiran dosen lalu lalang dilingkungan kampus. Selain tidak pantas dilihat juga mengganggu kenyamanan kepada perokok pasif. Hal ini dirasakan oleh Dita Miandra Mustika, mahasiswi FISIP jurusan Hubungan Internasional 2011 yang juga sebagai anggota Departemen III jaringan komunikasi HMJHI. “Ganggu banget apalagi asepnya itu. Harus ada sanksi buat yang ngerokok nggak pada tempatnya biar mereka nggak ngerokok sembarangan,” tuturnya.
Tanpa disadari efek bahaya justru lebih mengancam para perokok pasif. Mereka memang tidak secara langsung menghisap rokok tersebut, tetapi sirkulasi asap rokok yang menyebar disekitarnya  jauh lebih membahayakan. Jangka pendeknya seorang perokok pasif dapat mengalami gangguan saluran pernafasan.
Sementara bagi perokok aktif, meskipun  sudah tahu seberapa besar efek yang akan ditimbulkan dalam jangka panjang, seperti paru-paru bahkan kematian namun tidak dihiraukan dengan alasan sudah menjadi kebiasaan. “Karena mungkin udah suatu kebiasaan sebenernya sih udah pengen ngelawan cuma karena udah kebiasaan jadi keterusan,” papar Galih Afriyanto mahasiswa Fikom 2007.
Setidaknya meskipun belum bisa mengurangi kebiasaan merokok yang dirasa memberikan kenikmatan tersendiri mereka seharusnya bisa menempatkan diri untuk tidak  merokok sembarangan.
Ada juga harapan dari mahasiswa perokok pasif “mudah-mudahan mereka nggak senenaknya lagi, tahu diri karena kan di dalam kampus bukan hanya mereka saja,” tutup Dita.  Semoga saja perokok bisa menghargai peraturan yang telah dibuat untuk kebaikan bersama.

Reporter : Arimbi Puspita Ratri / Foto : Googlehttp://diamma.com/2013/04/05/larangan-merokok-sebatas-wacana/